Napak Tilas Pesta Kupat Era Sunan Drajat

Senin, 30 Agustus 2010

LAMONGAN, KOMPAS.com- Ratusan warga di pesisir pantai utara Lamongan, khususnya warga Desa Pananjan, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Minggu (27/9) sekitar pukul 07.00 hingga pukul 09.30 merayakan hari raya ketupat dengan menggelar napak tilas prosesi pesta kupat era Sunan Drajat. Dua tokoh masyarakat mengenakan pakaian serba putih, memerankan tokoh Sunan Drajat dan Sunan Sendang Duwur, sementara warga mengenakan pakaian adat tradisional Jawa.
Mereka berjalan beriringan dan berarak-arakan membawa ketupat, tumpeng, dan makanan tradisional menuju Pantai Utara Jawa di sekitar Tanjung Kodok. Arak-arakan warga yang dimulai dari Gua Maharani diiringi musik tanjidor dan rebana yang diperankan lelaki sambil melantunkan shalawat nabi.
Tanjung Kodok dulu merupakan tempat Sunan Drajat dan Sunan Sendang Duwur menyambut tamu, rombongan Mbok Rondo Mantingan asal Rembang, Jawa Tengah. Mbok Rondo Mantingan saat itu menyumbang kayu untuk pembangunan masjid Sunan Sendang Duwur.
Pada saat arak-arakan tiba di Tanjung Kodok, secara bersamaan, rombongan dari Rembang tiba dengan mengendarai perahu. Sebelumnya saat hendak memasuki pantai rombongan utusan Mbok Rondo Mantingan dirampok bajak laut. Namun mereka bisa mengalahkan perampok sekaligus dibawa ikut serta menemui Sunan Drajat dan Sunan Sendang Duwur.
Rombongan Mbok Rondo Mantingan membawa 99 kayu untuk di sumbangkan ke pembangunan masjid yang sedang dibangun Sunan Sendang Duwur. Sunan Drajat dan Sunan Sendang Duwur menyambut tamunya, Mbok Rondo Mantingan, dengan jamuan hidangan ketupat dan lepet.
Usai doa bersama, mereka pun menyantap ketupat atau bahasa jawa kupat dan lepet. Kupat dan lepet yang dibuat dari anyaman janur (daun kelapa muda) atau dililit melambangkan larangan terhadap sejumlah perbuatan dosa yang dilarang agama, serta anjuran mempererat persaudaraan antar umat Islam.
Direktur Utama Wisata Bahari Lamongan Aris Wibawa menyatakan, semua yang ditampilkan dalam napak tilas ini merupakan simbol penyebaran agama Islam. Tradisi tradisi arak-arakan ketupat sudah berlangsung ratusan tahun, sejak masuknya Islam ke wilayah Lamong an sekitar abad ke-15 yang di bawa Sunan Drajat.
"Makanan kupat punya makna filosofis, Sunan Drajat mengajarkan papat (empat hal) yang harus dijauhi yakni judi, zina, minuman yang diharamkan dan mencuri barang milik orang lain," kata Aris.
Warga Paciran menyebut lebaran ketupat dengan istilah kupatan, berarti mengakui lepat(kesalahan). Melalui tradisi itu, diharapkan warga bisa menghayati makna kebersamaan yang tercermin dalam kekompakan selama mengarak ketupat. Tradisi hari raya ketupat atau kupatan dilaksanakan setelah melaksanakan puasa sunnah selama enam hari di bulan Syawal.
Tradidi kupatan digelar setiap tahun untuk melestarikan tradisi peninggalan nenek moyang yang luhur dan syarat makna. Perayaan kupatan selain sebagai ajang silaturahmi juga merupakan hiburan saat lebaran bagi warga yang pulang kampung dari perantauan.
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : waQyu Foundation
Copyright © 2011. SUNAN DRAJAT - All Rights Reserved
Template Created by waQyu Foundation Inspired by Sportapolis Shape5.com
Proudly powered by Blogger